Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak semua kerjasama antara Indonesia dan Australia berakhir mulus.
Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo, mengatakan sempat ada kerjasama agar Indonesia mengirimkan guru bahasa Indonesia, yang berakhir pada permohonan maaf dari pihak Australia.
Dalam pemparan Panglima TNI di kantor PP. Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Rabu (28/12/2016), ia menyebut sempat guru bahasa Indonesia tersebut diminta untuk memberikan pekerjaan rumah kepada murid-muridnya, yang isinya antara lain propaganda Papua Merdeka.
"Papua adalah Melanesia, bahwa dia seharsunya menjadai negara sendiri. Maka saya tarik," ujar Gatot Nurmantyo yang disambut tepuk tangan dari warga Muhammadiyah yang mendengarkan pemaparannya.
Panglima TNI kemudian melayangkan portes, yang berbuntut permintaan maaf dari Panglima militer Australia.
Gatot Nurmantyo juga mengaku sempat menginstruksikan agar digelar investigasi atas insiden tersebut, sebelum akhirnya guru bahasa Indonesia itu ditarik.
Dalam pemaparannya itu ia tidak menyebutkan kapan insiden tersebut berlangsung, dan bagaimana detail dari insiden tersebut.
Setelah pemaparan tersebut Gatot Nurmantyo juga tidak memberikan banyak kesempatan bagi wartawan untuk bertanya.
Namun dalam pemaparan tersebut ia menjelaskan bahwa kekayaan Indonesia beroptensi jadi bancakan negara-negara lain, termasuk oleh tetangga sendiri.
Agar kekayaan alam Indonesia bisa menjadi bancakan yang akan terus dilakukan mereka adalah memecah belah bangsa Indonesia, mellaui narkoba, aksi terorisme bahkan dengan fitnah agar sesama anak bangsa berkelahi.
"Bagaimana agar itu tidak terjadi, seluruh anak bangsa harus bersatu," tegasnya.
Share to
Facebook Google+ Twitter Digg